Pengukuran : Kesalahan Mutlak dan Relatif

Prev : Presisi dan Akurasi

Sejauh ini kita telah banyak membahas tentang simpangan baku, yang menjadi tolok ukur kepresisian pengukuran seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya. Seperti yang telah kita tahu pula, adanya nilai simpangan baku mengartikan bahwa dalam pengukuran akan terdapat suatu hal yang kita kenal sebagai kesalahan atau ralat. Bahkan apabila nilai simpangan baku yang kita peroleh kecil, bukan berarti hasil pengukuran kita bebas dari kesalahan. Kesalahan ini dapat terletak pada keakuratan pengukuran, atau bagaimana hasil yang kita peroleh benar-benar sesuai dengan nilai sebenarnya.

Kesalahan ini sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua, yaitu kesalahan mutlak dan kesalahan relatif. Kedua istilah ini sebenarnya cukup umum, dan dapat digunakan dalam konteks apapun. Kesalahan mutlak (KM) pada dasarnya didefinisikan sebagai selisih antara nilai yang sebenarnya x dengan nilai yang diperoleh Δx, atau

Dengan kata lain, kesalahan mutlak ini memberitahu kita seberapa jauh nilai yang kita peroleh dengan nilai sebenarnya. Di sisi lain, kesalahan relatif (KR) merupakan kesalahan dalam pengukuran dilihat dari nilai yang sebenarnya, atau

Kesalahan relatif ini apabila kita lihat dari ungkapan matematisnya memberikan kita informasi yang lebih luas terkait dengan kesalahan pengukuran. Pasalnya, apabila nilai sebenarnya cukup kecil, kesalahan relatifnya akan semakin besar. Kita bisa bandingkan apabila nilai sebenarnya kita buat lebih besar, kita akan melihat bahwa kesalahan relatifnya akan semakin kecil, walaupun nilai kesalahan mutlaknya tetap. Artinya, dengan kesalahan relatif ini kita bisa melihat apakah kesalahan yang terjadi berdampak kecil atau signifikan. Sebagai analogi, apabila kita membuat sebuah kerangka mobil mainan dan mobil sebenarnya, maka kesalahan 1 mm dalam kerangka mobil mainan akan berdampak sangat besar dalam konstruksinya, dibandingkan denhan kesalahan 1 mm dalam kerangka mobil sebenarnya, yang lebih mungkin untuk diabaikan.

Tentu saja baik kesalahan mutlak dan relatif ini dapat digunakan baik untuk pengukuran tunggal, berulang, bahkan dalam simulasi. Dalam pengukuran tunggal, kesalahan mutlak dapat kita artikan sebagai ketidakpastian alat ukur, sedangkan untuk pengukuran berulang, kesalahan mutlak ini adalah simpangan baku.

Tidak hanya itu, kesalahan ini juga dapat kita gunakan untuk menganalisa tingkat akurasi dan kepresisian pengukuran. Dalam konteks akurasi, kita tentunya membutuhkan informasi nilai referensi atau nilai sebenarnya, sehingga nilai yang diperoleh adalah nilai estimasi dalam pengukuran, atau nilai rata-rata apabila kita melakukan pengukuran berulang. Namun, apabila kita tidak mengetahui nilai referensinya, maka kita dapat mengasumsikan bahwa nilai estimasi ini adalah nilai sebenarnya, dan nilai yang terukur adalah batas atas atau bawah yang merupakan penjumlahan atau pengurangan antara nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga kesalahan mutlak ini simpangan bakunya, seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dalam konteks ini, artinya kita menganalisa kesalahan terkait dengan kepresisian hasil pengukuran.