Prev : Pengukuran : Pendahuluan
Diantara besaran-besaran pokok yang telah ditetapkan, besaran panjang merupakan salah satu besaran yang paling sering digunakan. Sebelumnya kita telah menyinggung tentang pengukuran besaran panjang menggunakan jari dalam artikel tentang pengukuran dalam seri besaran dan satuan di sini. Namun, dalam artikel ini kita akan membahas tentang salah satu alat yang memang dirancang untuk melakukan pengukuran tersebut dan sangat sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, yaitu penggaris atau mistar.
Gambar 1. Mistar.
Bentuk mistar umumnya dapat dilihat seperti pada Gambar 1. Mistar pada dasarnya merupakan benda berbentuk persegi panjang yang memiliki garis-garis dengan panjang yang berbeda pada tiap garis ke-5 dan ke-10 dari sisi kanan atau kiri. Umumnya pada garis ke-10 dan kelipatannya diberi angka 1, 2, dan seterusnya, namun beberapa mistar juga ada yang dimulai dari angka 0 pada baris pertama, kemudian angka 1 pada baris ke sebelas, dan seterusnya. Garis-garis tersebut menandakan jarak garis diukur dari titik awal, atau titik nol, sedangkan angka-angka yang tertera digunakan untuk merepresentasikan jarak garis tersebut dalam angka. Huruf “cm” menandakan satuan yang digunakan untuk dipadukan dengan angka yang ada. Terdapat beberapa mistar yang tidak menyatakan satuannya, namun umumnya satuan yang digunakan pada mistar-mistar tersebut adalah “cm”.
Sebagai contoh, kita akan mencoba mengukur panjang kayu menggunakan mistar tadi, seperti pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Pengukuran panjang kayu dengan mistar.
Perlu diingat bahwa mistar yang kita gunakan ini memiliki titik nol yang terletak di ujung kiri mistar, sehingga salah satu ujung dari kayu harus segaris dan sejajar dengan ujung mistar. Apabila kayu berbentuk persegi panjang atau balok sempurna, maka secara otomatis ujung lain dari kayu akan sejajar dengan garis-garis mistar. Panjang dari kayu dapat diperoleh dari selisih antara titik akhir dari kayu dengan titik awal kayu. Dari Gambar 2, kita ketahui bahwa titik akhir dari kayu adalah 3 cm, dan titik awalnya adalah 0 cm, sehingga kita peroleh panjang kayu adalah 3 cm.
Tentu saja tidak selamanya kita harus menggunakan titik nol sebagai titik awal. Dalam kasus tertentu, kita bisa juga menggunakan titik awal yang lain, misal titik pada garis ke-10, atau titik 1 cm seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengukuran panjang kayu dengan titik yang berbeda.
Dalam kasus ini, titik awal kayu adalah 1 cm, dan titik akhirnya adalah 4 cm, sehingga kita peroleh panjang kayu yang sama dengan menentukan selisih antara kedua titik tersebut, yaitu 3 cm.
Next : Pengukuran : Resolusi